Kamis, Februari 19, 2009

ANTOLOGI HUJAN

PROLOG

Sebuah catatan untuk hujan dari hujan melalui manusia

Tulisan ini merupakan serakan catatan kecil penulis semasa musim hujan. Tema yang muncul sederhana—semua diambil dari pengalaman penulis, baik pribadi maupun tafsiran terhadap suatu masalah. Mengapa bernama hujan? Itu juga menjadi pertanyaan penulis hingga kini. Tetapi menarik juga untuk didiskusikan secara berkelakar (tanpa berpikir). Hujan, memiliki satu khas ciri yang menarik jika dilihat. Ia serupa arsiran pensil pada kanvas langit. Tetapi tenaga di dalamnya begitu terasa ketika ia menjelma bersama kali atau gelombang tempatnya turun. Maka petakalah ia. Tetapi, ia begitu lembutnya membelai hati ketika berupa titik yang membekas pada tetumbuhan kering. Lalu secara simultan membasahinya hingga menjadi hijau kembali tetumbuhan itu. Pada dasarnya hujan adalah air. Dan air adalah kehidupan. Sehingga hujan tak jauh pula dari mati.


HUJAN 1

Hujan, padamu kuberikan mawar ini. Jagalah ia sebab di dalamnya bermekaran cintaku. Sebagai pigura terakhirku. Biar saja hanya aku, kau dan mawar itu menjadi saksi. Bahwa aku telah mengaji cinta, meski tak mampu mengkhatam keluasaan-Nya. Dan, kelopak-kelopak mawar yang gugur tiap hari tu menjadi ayat-ayatnya.

HUJAN 2

Tidak! Hujan sudah tidak turun lagi. Ia mengeras bersama tanah musim kemarau. Mengkristal dan kini secara sporadis melompat dan berada di pundakku. Lalu masuk dalam keranda. Bertasbih bersama bibir-bibir doa; zikir-zikir yang tercecer oleh keping-keping koin—nyawa semalam ini. Oh, panenku yang bersemu. Tak lama lagi kita kan bersua. Tapi kemarau menceraimu dariku. Bersama dengan hujan yang sudah kumasukkan dalam liang kubur.

HUJAN 3

Di batang pohon rimbun tak kutemukan napas hujan. Tapi cuma ia membekaskannya pada dinding-dinding rumah yang menjadi saksi kerasnya gelombang laut semalam.

HUJAN 4

Karena hujan tak hendak reda,biarlah kubungkuskan kau hujan sebagai kado ulang tahunmu.bukan aku tak cinta,tetapi hujan itu adalah cintaku padamu.untuk kau sirami hatimu yang tandus oleh musim kemarau lima tahun lalu. Rakyatmu kerempengan bertahun-tahun!

HUJAN 5

Ketika berbicara hujan, aku teringat air mata. Konon—oleh ibuku—hujan adalah tangisan malaikat atas dosa-dosa manusia yang tak bisa habis dan putus.

HUJAN 6

Alifbata hujan. Aku mengkhatamkanmu dalam semalam. Dalam mimpi.

Februari 2009

Comments :

0 komentar to “ANTOLOGI HUJAN”

Posting Komentar

 

Daftar Blog Saya

Mengenai Saya

Foto Saya
Muh. Ardian Kurniawan
adalah seorang manusia yang lahir dari seorang ibu yang sangat saya cintai. Tinggal di Kampung Melayu Tengah-Apenan-Lombok
Lihat profil lengkapku

Followers

Copyright © 2009 by ...................................................................................................
Themes : Magazine Style by Blogger Magazine