Kamis, April 30, 2009

Sajak Daun Kamboja Jatuh

In memoriam Papuq Saibi

Apa yang kau dengar dari derap kaki di jalan itu? Aku mendengar daun kamboja jatuh dan baunya diterbangkan angin menimpa iring-iringan orang-orang itu. Aku tak melihat asap kayu kemenyan terbakar, tapi wanginya itu menggerus debu aspal dan kotoran-kotoran kuda yang menimpa wajah orang-orang itu.

Mereka tidaklah saling mengenal. Berjalan tanpa tegur sapa. Tapi dengan tuju yang sama, langkah-langkah mereka bicara dengan pasir yang berkilat tersapu sinar matahari di jalan raya; dengan bungkus manisan yang sudah luntur warna catnya.

Dari bibir-bibir daun yang saling bertanya, keluar lagu-lagu tanpa salvo.

Barisan orang-orang yang terus berjalan dan meninggalkan garis-garis pijakan di belakang iringan utama. Tanpa tangis, mengapa tak menangis? Dalang di badan jalan menggelar pagelaran cerita arif. Ada jalan yang harus dilalui setiap kita. Setiap masanya memanggil untuk berjalan seperti suratannya dan terus bergulir. Jadi, air mata tersimpan rapi dalam peci; dalam kantung-kantung kemeja; dalam tiap lipatan sarung; dalam butir-butir tasbih yang terus berputar mengaji asma Tuhan.

Dan biarkan iring-iringan itu berjalan dengan mata hati mereka. Mengantarkannya menuju tempatnya sampai waktu tiba menggantikan kaki-kakinya ditempatkan di liang yang sudah disediakan baginya.

Bau bunga-bunga menyerbak. Air mengucur. Tanah pun sekadar basah, begitu segar. Sebuah tanda ia baru saja diantarkan mondok oleh kerabatnya.

Kuburan Bintaro, Sore Bisu, 27 April 2009

Comments :

0 komentar to “Sajak Daun Kamboja Jatuh”

Posting Komentar

 

Daftar Blog Saya

Mengenai Saya

Foto Saya
Muh. Ardian Kurniawan
adalah seorang manusia yang lahir dari seorang ibu yang sangat saya cintai. Tinggal di Kampung Melayu Tengah-Apenan-Lombok
Lihat profil lengkapku

Followers

Copyright © 2009 by ...................................................................................................
Themes : Magazine Style by Blogger Magazine